Random Posts
OPTIONS
JOIN NOW
PIAGAM
Categories 2
Contact Form
Technology
Circle Gallery
‹
›
Racing
News
Kisah Ruben bermula ketika ia duduk di bangku kuliah. Kala itu, ia harus menghadapi beragam peristiwa berat. Sahabatnya tewas karena narkoba. Tidak lama kemudian, orang tuanya bercerai. Ia pun dilanda kemiskinan.
“Bahkan, anjing peliharaanku pun mati,” tutur Ruben
Frustrasi atas musibah kematian kerabat yang terus dihadapinya, ia pun bertanya-tanya tentang tujuan hidup. Tentu, hidup tak sekadar untuk mati. Berangkat dari pemikiran itu, ia pun mencari keberadaan Tuhan dengan meneliti setiap agama yang ada.
Nasrani menjadi agama pertama yang mendapat perhatian Ruben untuk diselidiki. Hal ini mengingat hampir semua temannya menganut agama berkitab suci Injil tersebut. Ruben pun menuju gereja dan mendapati orang-orang yang bernyanyi memuji Tuhan dan mengatakan Tuhan Maha Pengasih. Pengalaman pertamanya ke gereja tak serta-merta membuat Ruben puas. Ia terus mempelajari Kristen, termasuk tentang Katolik, Anglikan, Baptisme, imam, pendeta, dan lain sebagainya. Ia pun memiliki banyak pertanyaan mengenai Kristen dan merasa tak cocok dengan agama ini.
Pencarian pun berlanjut. Ia beralih menyelidiki agama Buddha. Kebetulan, Ruben yang bekerja paruh waktu di pom bensin berteman dengan seorang beragama Buddha. Ia tercengang ketika tahu Tuhan Buddha berkepala gajah.
“Mengapa pria memiliki kepala gajah? Dapatkah kita memilih kepala singa? Atau sesuatu yang lebih perkasa?” tanya Ruben kepada temannya.
Ruben menganggapnya tidak logis. Ia juga sempat mempelajari agama Mormon. Awalnya, dia menilai, ajaran agama ini sangat baik karena tidak memperbolehkan penganutnya meminum alkohol, kafein, dan cola. Namun, Ruben tidak menemukan kebaikan iman di agama ini. Ia kemudian menyelidiki agama Yahudi. Namun lagi-lagi, Ruben tidak menemukan apa yang ia cari.
Merasa upayanya sia-sia, Ruben pun menemui seorang temannya untuk berkonsultasi. Si teman yang beragama Kristen pun bertanya, “Bagaimana dengan Islam?”
Ruben pun sontak menolak. ”Apa? Islam? Untuk apa aku menyelidiki agama terorisme? Gila!” seru Ruben.
Bagai menelan air ludah. Terbukti, lidah Ruben tak sesuai dengan tubuhnya. Ia kemudian melangkah memasuki masjid ketika suatu kali melewatinya.
“Aku tidak tahu apa yang menggerakkanku, yang jelas aku mengenakan sepatu dan langsung masuk begitu saja. Aku pikir, aku akan mati di masjid karena aku satu-satunya orang kulit putih.” Kata Ruben
Ruben pun bertemu dengan seorang pria berperawakan besar asal Timur Tengah, berjanggut dan mengenakan gamis. Ruben menggambarkannya mirip para tersangka teroris. Yang mengagetkan, sosok tersebut menyapa sangat ramah, bahkan menyuguhkan sajian layaknya menerima tamu.
”Namanya Abu Hamzah. Aku tak pernah membayangkan akan mendapat perlakuan seperti ini,” kenang Ruben.
Ruben pun serta-merta menanyakan banyak hal tentang Islam. Misalnya, mengapa Abu Hamzah berjanggut dan mengapa Muslimah berhijab. Ia menanyakan pula mengenai praktik poligami dan lain sebagainya. Saat itu, Ruben dengan sombong menyangka pertanyaan itu sangat berat dan akan menyulitkan Abu Hamzah. Namun, lagi-lagi Ruben tercengang. Abu Hamzah mengambil Al-Quran dan menjelaskannya sesuai firman Allah SWT.
“Mereka selalu membuka Al-Quran untuk menjawab dan sama sekali tidak beropini sendiri. Mereka mengatakan tak boleh beropini tentang firman Tuhan,” tutur Ruben terpesona.
Ia pun membawa pulang sebuah kitab Al-Qur’an dari masjid tersebut. Ruben membaca terjemahannya dan sangat terkagum-kagum. Ia terpesona bagaimana Al-Qur’an menjelaskan proses penciptaan manusia. Butuh enam bulan bagi Ruben untuk menelaah Al-Qur’an, hingga ia menyimpulkan, ”Inilah yang aku cari dan perlukan.”
Dari tahap awal tersebut, Ruben pun berpikir untuk menantang Allah SWT. sebelum benar-benar bersyahadat dan memeluk Islam. Ia menyalakan lilin, duduk di dekat jendela, seraya berkata,
“Allah, ini adalah saat bagi saya untuk terjun ke Islam. Yang saya butuhkan hanya sebuah tanda. Hanya tanda kecil, mungkin sedikit petir, atau mungkin rumah yang runtuh.”
Lama ia menunggu, tidak ada tanda apa pun. Lilin yang ia harapkan padam sebagaimana yang sering ia lihat di film, tidak terjadi. “Ayolah Allah, satu saja,” Ruben memaksa.
Namun, tetap tidak ada apa pun yang terjadi. Ruben merasa kecewa kepada Allah. Dengan perasaan kecewa, Ruben kembali membuka Al-Qur’an, kemudian membaca ayat, “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari, dan bulan untukmu. Dan, bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT.) bagi kaum yang memahami-(nya).”
Membaca ayat tersebut, bulu roma Ruben berdiri. Ia segera lari ke tempat tidur dan sembunyi di balik selimut. Berkeringat dingin, ia tidak mampu melakukan apa pun saking takutnya.
“Betapa arogan aku menuntutNya, padahal matahari dan semua yang diciptakan-Nya merupakan tanda.”
Kapok menantang Allah SWT. Ruben pun kembali ke masjid dan bermaksud mengucapkan syahadat. Jamaah di masjid pun menyaksikan perubahan hidup Ruben menuju kebaikan.
Namun, Ruben mengaku kesulitan saat harus mengucapkan syahadat dengan bahasa Arab.
“Bisakah aku mengucapkannya dengan bahasa Inggris?” tawarnya kepada Abu Hamzah.
Tentu saja, permintaan Ruben tidak diizinkan. Meski harus berkali-kali keseleo lidah, akhirnya Ruben mampu bersyahadat. Usai mengucapkan syahadat, seluruh jamaah pria di masjid pun menciumnya. Saat itu, masjid dipenuhi jamaah karena bertepatan dengan hari pertama Ramadhan. Menurut Ruben, baru kali itu ia dicium begitu banyak pria. Namun, ia sangat senang. Ini peristiwa sangat berharga dan tak mungkin ia lupakan.
Sementara itu, keluarganya merasa cemas dengan keislaman Ruben. Mereka menyangka putra mereka telah masuk ke dalam kelompok teror.
“Mereka takut jika nanti aku memegang senapan AK 47 dan granat,”kata Ruben sembari tersenyum. Namun, hari demi hari, orang tua Ruben justru mendapati anaknya menjadi pribadi yang patuh dan baik. Mereka pun menyukai perubahan Ruben.
Bahkan, sang ayah ikut tertarik membaca Al-Quran. Dan berkata “Kini, kamu menjadi orang yang lebih bisa diandalkan, dipercaya, dan dapat dimintai tolong,”. [ns/islampos/kisahmuallaf]
Kisah Inspiratif
OLEH : ERNIDAR IRFAN
HARI ini sesosok wanita tua mengetuk pintu kaca toko. “Bu… Beli kue saya… Belum laku satupun… Kalau saya sudah ada yang laku saya enggak berani ketuk kaca toko ibu…”
Saya persilakan beliau masuk dan duduk. Segelas air dan beberapa butir kurma saya sajikan untuk beliau.
“Ibu bawa kue apa?”
“Gemblong, getuk, bintul, gembleng, Bu.”
Saya tersenyum… “Saya nanti beli kue ibu… Tapi ibu duduk dulu, minum dulu, istirahat dulu, muka ibu sudah pucat.”
Dia mengangguk. “Kepala saya sakit, Bu.. Pusing, tapi harus cari uang. Anak saya sakit, suami saya sakit, di rumah hari ini beras udah gak ada sama sekali. Makanya saya paksain jualan,” katanya sambil memegang keningnya. Air matanya mulai jatuh.
Saya cuma bisa memberinya sehelai tisu…
“Sekarang makan makin susah, Bu…. Kemarin aja beras gak kebeli… Apalagi sekarang… Katanya bensin naik.. Apa-apa serba naik.. Saya udah 3 bulan cuma bisa bikin bubur… Kalau masak nasi gak cukup. Hari ini jualan gak laku, nawarin orang katanya gak jajan dulu. Apa apa pada mahal katanya uang belanjanya pada enggak cukup…”
“Anak ibu sakit apa?” Saya bertanya.
“Gak tau, Bu… Batuknya berdarah…”
Saya terpana. “Ibu, Ibu harus bawa anak Ibu ke puskesmas. Kan ada BPJS…”
Dia cuma tertunduk. “Saya bawa anak saya pakai apa, Bu? Gendong gak kuat.. .Jalannya jauh… Naik ojek gak punya uang…”
“Ini Ibu kue bikin sendiri?”
“Enggak, Bu… Ini saya ngambil.” jawabnya.
“Terus ibu penghasilannya dari sini aja?”
Dia mengangguk lemah…
“Berapa Ibu dapet setiap hari?”
“Gak pasti, Bu… Ini kue untungnya 100-300 perak, bisa dapet Rp4 ribu -12 ribu paling banyak.”
Kali ini air mata saya yang mulai mengalir. “Ibu pulang jam berapa jualan?”
“Jam 2.. .Saya gak bisa lama lama, Bu.. Soalnya uangnya buat beli beras… Suami sama anak saya belum makan. Saya gak mau minta-minta, saya gak mau nyusahin orang.”
“Ibu, kue-kue ini tolong ibu bagi-bagi di jalan, ini beli beras buat 1 bulan, ini buat 10x bulak-balik naik ojek bawa anak Ibu berobat, ini buat modal ibu jualan sendiri. Ibu sekarang pulang saja… Bawa kurma ini buat pengganjal lapar…”
Ibu itu menangis… Dia pindah dari kursi ke lantai, dia bersujud tak sepatah katapun keluar lalu dia kembalikan uang saya. “Kalau ibu mau beli.. Beli lah kue saya. Tapi selebihnya enggak bu… Saya malu….”
Saya pegang erat tangannya… “Ibu… Ini bukan buat ibu… Tapi buat ibu saya… Saya melakukan bakti ini untuk ibu saya, agar dia merasa tidak sia-sia membesarkan dan mendidik saya… Tolong diterima…” Saya bawa keranjang jualannya. Saat itu aku memegang lengannya dan saya menyadari dia demam tinggi. “Ibu pulang ya…”
Dia cuma bercucuran airmata lalu memeluk saya. “Bu.. Saya gak mau ke sini lagi… Saya malu…. Ibu gak doyan kue jualan saya… Ibu cuma kasihan sama saya… Saya malu…”s
Saya cuma bisa tersenyum. “Ibu, saya doyan kue jualan Ibu, tapi saya kenyang… Sementara di luar pasti banyak yang lapar dan belum tentu punya makanan. Sekarang Ibu pulang yaa…”
Saya bimbing beliau menyeberang jalan, lalu saya naikkan angkot… Beliau terus berurai air mata…
Lalu saya masuk lagi ke toko, membuka buka FB saya dan membaca status orang orang berduit yang menjijikan. The show must go on.
Sumber : https://www.islampos.com/ibu-tua-penjual-kue-dan-bbm-147361/
Kisah Inspiratif
Sara Bokker, dulunya adalah seorang
model, aktris, aktivis dan instruktur fitness. Seperti umumnya gadis remaja
Amerika yang tinggal di kota besar, Bokker menikmati kehidupan yang serba
gemerlap. Ia pernah tinggal di Florida dan South Beach, Miami, yang dikenal
sebagai tempat yang glamour di Amerika. Kehidupan Bokker ketika itu hanya
terfokus pada bagaimana ia menjaga penampilannya agar menarik di mata orang
banyak.
Setelah bertahun-tahun, Bokker mulai
merasakan bahwa ia selama ini sudah menjadi budak mode. Dirinya menjadi
“tawanan” penampilannya sendiri. Rasa ingin memuaskan ambisi dan kebahagian
diri sendiri sudah mengungkungnya dalam kehidupan yang serba glamour. Bokker
pun mulai mengalihkan kegiatannya dari pesta ke pesta dan alkohol ke meditasi,
mengikuti aktivitas sosial dan mempelajari berbagai agama.
Sampai terjadilah serangan 11
September 2001, dimana seluruh Amerika bahkan diseluruh dunia mulai
menyebut-nyebut Islam, nilai-nilai Islam dan budaya Islam, bahkan
dikait-kaitkan dengan deklarasi “Perang Salib” yang dilontarkan pimpinan negara
AS. Bokker pun mulai menaruh perhatian pada kata Islam.
“Pada titik itu, saya masih
mengasosiasikan Islam dengan perempuan-perempuan yang hidup di tenda-tenda,
pemukulan terhadap istri, harem dan dunia teroris. Sebagai seorang feminis dan
aktivis, saya menginginkan dunia yang lebih baik bagi seluruh umat manusia,”
kata Bokker seperti dikutip dari Saudi
Gazette.
Suatu hari, secara tak sengaja Bokker
menemukan kita suci al-Quran, kitab suci yang selama ini pandang negatif oleh
Barat. “Awalnya, saya tertarik dengan tampilan luar al-Quran dan saya mulai
tergelitik membacanya untuk mengetahui tentang eksistensi, kehidupan,
penciptaan dan hubungan antara Pencipta dan yang diciptakan. Saya menemukan
al-Quran sangat menyentuh hati dan jiwa saya yang paling dalam, tanpa saya
perlu menginterpretasikan atau menanyakannya pada pastor,” sambung Bokker.
Akhirnya, Bokker benar-benar
menemukan sebuah kebenaran, ia memeluk Islam dimana ia merasa hidup damai
sebagai seorang Muslim yang taat. Setahun kemudian, ia menikah dengan seorang
lelaki Muslim. Sejak mengucap dua kalimat syahdat Bokker mulai mengenakan
busana Muslim lengkap dengan jilbabnya.
“Saya membeli gaun panjang yang bagus
dan kerudung seperti layaknya busana Muslim dan saya berjalan di jalan dan
lingkungan yang sama, dimana beberapa hari sebelumnya saya berjalan hanya
dengan celana pendek, bikini atau pakaian kerja yang ‘elegan’,” tutur Bokker.
“Orang-orang yang saya jumpai tetap
sama, tapi untuk pertama kalinya, saya benar-benar menjadi seorang perempuan.
Saya merasa terlepas dari rantai yang membelenggu dan akhirnya menjadi orang
yang bebas,” Bokker menceritakan pengalaman pertamanya mengenakan busana
seperti yang diajarkan dalam Islam.
Setelah mengenakan jilbab, Bokker
mulai ingin tahu tentang Niqab. Ia pun bertanya pada suaminya apakah ia juga
selayaknya mengenakan niqab (pakaian muslimah lengkap dengan cadarnya) atau cukup
berjilbab saja. Suaminya menjawab, bahwa jilbab adalah kewajiban dalam Islam
sedangkan niqab (cadar) bukan kewajiban.
Tapi satu setengah tahun kemudian,
Bokker mengatakan pada suaminya bahwa ia ingin mengenakan niqab. “Alasan saya,
saya merasa Allah akan lebih senang dan saya merasa lebih damai daripada cuma
mengenakan jilbab saja,” kata Bokker.
Sang suami mendukung keinginan
istrinya mengenakan niqab dan membelikannya gaun panjang longgar berwarna hitam
beserta cadarnya. Tak lama setelah ia mengenakan niqab, media massa banyak
memberitakan pernyataan dari para politisi, pejabat Vatikan, kelompok aktivis
kebebasan dan hak asasi manusia yang mengatakan bahwa niqab adalah penindasan
terhadap perempuan, hambatan bagi integrasi sosial dan belakangan seorang
pejabat Mesir menyebut jilbab sebagai “pertanda keterbelakangan.”
“Saya melihatnya sebagai pernyataan
yang sangat munafik. pemerintah dan kelompok-kelompok yang katanya
memperjuangkan hak asasi manusia berlomba-lomba membela hak perempuan ketika
ada pemerintah yang menerapkan kebijakan cara berbusana, tapi para ‘pejuang
kebebasan’ itu bersikap sebaliknya ketika kaum perempuan kehilangan haknya di
kantor atau sektor pendidikan hanya karena mereka ingin melakukan haknya
mengenakan jilbab atau cadar,” kritik Bokker.
“Sampai hari ini, saya tetap seorang
feminis, tapi seorang feminis yang Muslim yang menyerukan pada para Muslimah
untuk tetap menunaikan tanggung jawabnya dan memberikan dukungan penuh pada
suami-suami mereka agar juga menjadi seorang Muslim yang baik. Membesarkan dan
mendidik anak-anak mereka agar menjadi Muslim yang berkualitas sehingga mereka
bisa menjadi penerang dan berguna bagi seluruh umat manusia.”
“Menyerukan kaum perempuan untuk
berbuat kebaikan dan menjauhkan kemunkaran, untuk menyebarkan kebaikan dan
menentang kebatilan, untuk memperjuangkan hak berjilbab maupun bercadar serta
berbagi pengalaman tentang jilbab dan cadar bagi Muslimah lainnya yang belum
pernah mengenakannya,” papar Bokker.
Ia mengungkapkan, banyak mengenal
muslimah yang mengenakan cadar adalah kaum perempuan Barat yang menjadi mualaf.
Beberapa diantaranya, kata Bokker, bahkan belum menikah. Sebagian ditentang
oleh keluarga atau lingkungannya karena mengenakan cadar. “Tapi mengenakan
cadar adalah pilihan pribadi dan tak seorang pun boleh menyerah atas pilihan
pribadinya sendiri,” tukas Bokker. (ln/Saudi Gazette/Isc)
Sumber : eramuslim.com
Sumber : eramuslim.com
Kisah Inspiratif
SUDAH sekian lama para saintis kebingungan tentang bagaimana sebuah piramid yang merupakan salah satu bangunan ajaib di dunia ini dibina.
Terdapat pelbagai teori yang dikemukakan untuk mengetahui teknologi yang digunakan dalam pembangunan piramid ini kerana teknologi untuk mengangkat batu-batuan besar yang beratnya mencapai ribuan kilogram ke puncak bangunan belum memungkinkan di zamannya.
Apakah rahasia di sebalik pembangunan piramid ini?
Terdapat pelbagai teori yang dikemukakan untuk mengetahui teknologi yang digunakan dalam pembangunan piramid ini kerana teknologi untuk mengangkat batu-batuan besar yang beratnya mencapai ribuan kilogram ke puncak bangunan belum memungkinkan di zamannya.
Apakah rahasia di sebalik pembangunan piramid ini?
Harian Amerika Times edisi 1 Disember 2006, telah menyiarkan satu berita saintifis yang mengabarkan bahwa Firaun telah menggunakan tanah liat untuk membangun piramid. Menurut kajian tersebut, disebutkan bahawa batu yang digunakan untuk membuat piramid adalah dari tanah liat yang dipanaskan sehingga membentuk batuan keras yang sukar dibedakan dengan batu asalnya.
Al-Quran telah pun memiliki informasi :
Jika dikaji lebih mendalam, ternyata Al-Quran telah menjelaskan perkara ini 1400 tahun silam sebelum kajian saintifik dijalankan. Perhatikan sebuah ayat Al Quran yang berikut:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku TANAH LIAT kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahawa Dia dari orang-orang pendusta.” (Al-Qasas: 38)
Para saintis mengatakan bahawa Firaun mahir di dalam bidang ilmu kimia dalam memproses tanah liat sehingga menjadi batu. Teknik yang mereka gunakan adalah sangat misteri jika dilihat dari spesifikasi batu yang mereka tinggalkan.
Profesor Gilles Hug, dan Dr. Michel Barsoum menegaskan bahawa Piramid yang paling besar di Giza, dibuat dari dua jenis batuan yang terdiri dari batu asli dan batu-batu yang dibuat secara manual hasil dari olahan tanah liat.
Gilles Hug (kiri) dan Dr. Michel Barsoum (berdiri) |
Artikel kajian yang diterbitkan oleh majalah “Journal of the American Ceramic Society” menegaskan bahawa Firaun menggunakan tanah jenis slurry untuk membina monumen yang tinggi, termasuk piramid.
Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan kilogram. Sebaliknya pada dasar piramid, Firaun menggunakan batu asli.
Lumpur tersebut merupakan campuran lumpur kapur yang dipanaskan dengan air garam dan ini akan menghasilkan terbentuknya campuran tanah liat. Kemudian olahan itu dituangkan ke dalam tempat yang disediakan di dinding piramid. Ringkasnya lumpur yang sudah diaduk mengikut ukuran yang dikehendaki tersebut dibakar, lalu diletakkan di tempat yang sudah disediakan di dinding piramid.
Profesor Davidovits telah mengambil sampel batu piramid yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop elektron terhadap batu tersebut. Hasilnya, Davidovits menegaskan bahawa batu itu diperbuat dari lumpur. Selama ini, tanpa penggunaan mikroskop elektron, ahli geologi belum mampu untuk membedakan antara batu alam dengan batu buatan manusia.
Sebelumnya, seorang saintis Belgium, Guy Demortier, telah bertahun-tahun mencari jawaban dari pembuatan batu besar di puncak-puncak piramid. Guy Demortier berkata, “Setelah bertahun-tahun melakukan penyelidikan dan kajian, sekarang barulah saya yakin bahwa piramid yang terletak di Mesir diperbuat dengan menggunakan tanah liat.”
Profesor Davidovits |
Penemuan oleh Dr Perancis Joseph Davidovits ini adalah hasil kajian yang memakan masa kira-kira dua puluh tahun.
Sebuah kajian yang begitu lama terhadap piramid Bosnia, “Piramid Matahari” dan menjelaskan bahawa batu-batunya diperbuat dari tanah liat. Ini memperkuatkan lagi bahawa kaedah ini tersebar luas di masa lalu.
Sebuah kajian yang begitu lama terhadap piramid Bosnia, “Piramid Matahari” dan menjelaskan bahawa batu-batunya diperbuat dari tanah liat. Ini memperkuatkan lagi bahawa kaedah ini tersebar luas di masa lalu.
Gambar di atas menunjukkan kaedah tuangan batu berasal dari tanah liat telah dikenali sejak ribuan tahun yang lalu dalam teknologi yang berbeda baik Roma ataupun Firaun.
Bukti-bukti dari kajian menunjukkan kepada kita semua bahwa bangunan bangunan raksasa, patung-patung raksasa dan tiang-tiang yang ditemui dalam teknologi canggih zaman dahulu, juga dibuat dari tanah liat. Al-Quran adalah kitab pertama yang menjelaskan rahsia bangunan piramid, bukan para Ilmuwan Amerika, maupun Perancis.
Kita tahu bahwa Nabi saw tidak pernah pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat piramid, bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentangnya. Kisah Firaun, terjadi sebelum masa hidupnya Nabi saw ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satu pun di muka bumi ini pada masa itu yang mengetahui tentang rahasia piramid.
Sebelum ini, para saintis tidak pasti bahawa Firaun menggunakan tanah liat yang dipanaskan untuk membina monumen tinggi kecuali beberapa tahun kebelakangan ini.
Sebelum ini, para saintis tidak pasti bahawa Firaun menggunakan tanah liat yang dipanaskan untuk membina monumen tinggi kecuali beberapa tahun kebelakangan ini.
Ajaib, 1400 tahun yang lampau, Nabi Muhammad saw, beratus tahun selepas berakhirnya Dinasti Firaun memberitahu bahwa Firaun membina monumen yang kini dikenali sebagai Piramid menggunakan tanah liat.
Kenyataan ini sangat jelas dan kuat untuk membuktikan bahawa Nabi Muhammad saw tidaklah berbicara mengikut hawa nafsunya melainkan petunjuk dari Allah swt yang menciptakan Firaun dan menenggelamkannya, dan Dia pula yang menyelamatkan nabi Musa.
Dan Dia pula yang memberitahu kepada Nabi terakhir-Nya akan hakikat ilmiah ini, dan ayat ini menjadi saksi kebenaran kenabiannya di kemudian hari.
Dan Dia pula yang memberitahu kepada Nabi terakhir-Nya akan hakikat ilmiah ini, dan ayat ini menjadi saksi kebenaran kenabiannya di kemudian hari.
Sumber: http://www.atjehcyber.net/2013/03/tahukah-anda-bagaimana-firaun-membangun.html#ixzz3XbyUMBex
Tanya jawab
Nama lengkap sahabat yang mulia ini adalah Abdurrahman bin
Auf bin Abdu Auf bin Abd bin Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab
bin Luay. Marganya adalah Bani Zuhrah. Sukunya adalah Quraisy. Nama pendek dan
nama populernya adalah Abdurrahman bin Auf. Nama panggilannya adalah Abu
Muhammad. Abu Muhammad Abdurrahman bin Auf Az-Zuhri Al-Qurasyi.
Abdurrahman
bin Auf radhiyallahu ‘anhu adalah salah seorang dari delapan orang yang pertama
kali masuk Islam di awal dakwah (as-sabiqun al-awwalun). Ia mengalami dua kali
hijrah; hijrah ke Habasyah dan hijrah ke Madinah. Ia ikut perang Badar dan
peperangan-peperangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam setelahnya. Ia
juga ikut dalam peristiwa Bai’at Ridhwan menjelang terjadinya perjanjian
Hudaibiyah. Bahkan ia pernah mengimami shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
salam dan para sahabat lainnya.
Ia salah
seorang dari sepuluh orang yang diberi kabar gembira dengan surga oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam (al-mubasyarun bil jannah). Ia salah
seorang dari enam orang ahlu syura yang ditunjuk oleh Umar bin Khathab
radhiyallahu ‘anhu untuk memilih khalifah baru sepeninggal beliau.
Abdurrahman
bin Auf radhiyallahu ‘anhu dikenal luas sebagai hartawan sahabat yang sangat
dermawan dan gemar dalam berinfak fi sabilillah.
Pada masa
perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu menginfakkan setengah
hartanya, senilai 4000 dinar. Satu dinar emas sama nilainya dengan emas seberat
4,25 gram. Infak 4000 dinar berarti setara dengan 1,7 kilogram emas.
Imam
Abdullah bin Mubarak, Ath-Thabarani, Abu Nu’aim Al-Ashbahani dan Ibnu ‘Asakir
meriwayatkan dari ulama besar hadits dan sejarah, imam Muhammad bin Muslim bin
Syihab Az-Zuhri yang berkata: “Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu
bersedekah pada masa hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam sebanyak
setengah hartanya yaitu 4000 dinar. Sepeninggal beliau, Abdurrahman bin Auf
radhiyallahu ‘anhu mensedekahkan 40.000 dinar [setara dengan 17 kilogram emas],
membiayai perbekalan perang di jalan Allah sebanyak 500 ekor kuda dan kemudian
membiayai perbekalan perang di jalan Allah sebanyak 500 ekor unta. Mayoritas
kekayaan berasal dari dunia perdagangan.” (Adz-Dzahabi, Siyar A’lam An-Nubala’, 1/81)
Kisah-kisah
infak Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu di jalan Allah sangatlah banyak
dan terkenal. Para ulama hadits dan sejarah telah meriwayatkan hal itu dalam
buku-buku mereka.
Di sini
kita akan mengutip satu saja contoh lain dari kedermawanan Abdurrahman bin Auf
radhiyallahu ‘anhu dalam infak fi sabilillah. Sebuah contoh yang unik, langka
dan menarik.
Ja’far
bin Burqan berkata: “Telah sampai berita kepadaku bahwa Abdurrahman bin Auf
membebaskan 30 ribu rumah.” (Adz-Dzahabi,
Siyaru A’lam An-Nubala’, 1/92 dan Abu Nu’aim Al-Asbahani, Hilyat Al-Awliya’ wa
Thabaqat Al-Ashfiya’, 1/99)
Subhanallah, masya Allah…
Abdurrahman
bin Auf radhiyallahu ‘anhu membiayai pembelian 30.000 rumah untuk beliau
sedekahkan kepada kaum fakir dan miskin yang tidak memiliki rumah.
Kini
kisah kedermawanan Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu ini terngiang-ngiang
kembali dalam benak kita, saat jutaan umat Islam di Suriah, Rohingnya, Jalur
Gaza, Irak, Azawad dan negeri-negeri muslimin lainnya kehilangan tempat tinggal
mereka. Bahkan terancam kehilangan nyawa dan sedikit sisa harta yang masih bisa
mereka selamatkan.
Setiap
hari bombardir bom-bom barel, rudal, tank dan meriam rezim Bashar Asad
menghancurkan puluhan hingga ratusan rumah warga muslim di Suriah. Di bulan
suci Ramadhan serangan massif itu bahkan semakin menggila. Setiap hari ratusan
hingga ribuan warga sipil muslim yang tak berdosa kehilangan tempat tinggal
mereka. Rumah-rumah mereka runtuh dan hancur lebur, bahkan mengubur banyak
anggota keluarga mereka dibawah puing-puingnya.
Setiap
hari jumlah warga muslim Suriah yang membutuhkan tempat bernaung semakin
bertambah, dalam angka ratusan hingga ribuan. Ditambah jutaan warga muslim
lainnya yang telah lebih dahulu kehilangan rumah dan harus tinggal di
tenda-tenda pengungsian sederhana, maka angka mereka sangatlah besar.
Andaikata
pada zaman ini hidup dermawan-dermawan muslim yang kedermawanannya selevel
dengan Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu, maka tidaklah cukup seorang
Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu untuk membantu jutaan warga muslim yang
tak lagi memiliki rumah tersebut. Tidaklah cukup sepuluh, seratus, bahkan
seribu Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu.
Tidak
cukup, sebab terlalu banyaknya umat Islam yang membutuhkan bantuan tenda
pengungsian, bantuan makanan, bantuan pakaian, bantuan air bersih, bantuan
obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya.
Benar-benar
terlalu banyak yang membutuhkan bantuan tersebut. Belum lagi jika ditambah
dengan kaum muslimin dari Rohingya, Palestina, Irak, Azawad dan wilayah jihad lainnya.
Saudaraku seiman dan seislam…
Belum
banyak Abdurrahman bin Auf – Abdurrahman bin Auf baru di zaman sekarang. Jika
sosok-sosok jutawan dan milyader yang dermawan tersebut belum banyak, maka kita
sebagai satu kesatuan umat Islam-lah yang memiliki kewajiban untuk membantu
jutaan saudara muslim kita yang kehilangan tempat tinggal tersebut. Kita, satu
setengah milyar umat Islam, yang berkewajiban menyisihkan sebagian harta kita
untuk disumbangkan kepada mereka.
Seandainya
setiap individu kita menyisihkan Rp 50.000,00, biaya minimal yang kita
keluarkan untuk membeli pulsa Hp kita dalam sebulan, maka akan terkumpul dana
yang cukup besar —minimal— untuk membangun tenda-tenda pengungsian sederhana
bagi jutaan saudara muslim kita. Pertanyaannya, apakah kita tega hanya
menginfakkan Rp 50.000,00, sementara saat ini adalah bulan suci Ramadhan, bulan
kedermawanan dan infak? Apakah kita tega mengeluarkan puluhan hingga ratusan
ribu rupiah per bulan untuk membeli pulsa Hp, sementara jumlah infak fi
sabilillah kita kurang dari itu?
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib al
majdi/arrahmah.com)
Kisah Inspiratif
TANYA JAWAB
Assalamu’alaikum wr wb,
Apakah benar pada jaman dahulu ka’bah
atau baitullah didirikan / dibangun karena adanya ular melingkar diwilayah
tersebut ?? mohon penjelasan mengenai hal ini terimakasih wassalam
Wa’alaikumussalam wr. wb.
Saudara Abdul Hakim ang dimuliakan
Allah swt
Ka’bah adalah kiblat seluruh kaum
muslimin dunia yang menjadi simbol kesatuan mereka dibawah ikatan tauhid dan
keimanan kepada Allah swt. Ka’bah adalah bangunan pertama di bumi, sebagaimana
firman Allah swt :
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ
مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ
Artinya : “Sesungguhnya rumah yang
mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di
Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Al
Imron : 96)
Pembangunan ka’bah hingga seperti
yang sekarang ini telah melalui beberapa tahapan :
1. Dibangun oleh para malaikat.
Kaum muslimin meyakini bahwa
pembangunan ka’bah pertama kali dilakukan oleh para malaikat, sebagaimana
disebutkan Imam Ibnu adh Dhiya bahwa telah diriwayatkan dari Ali bin al Husein
bahwa dia telah ditanya tentang awal mula thawaf mengelilingi baitullah beliau
menjawab Sesungguhnya Allah swt telah berfirman :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ
خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء
Artinya :: “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” (QS. Al Baqoro : 30)
Para malaikat berkata,”Wahai Allah
bukankah khalifah itu dari selain kami adalah yang selalu membuat kerusakan di
bumi dan menumpahkan darah.’ Maka Allah pun marah terhadap mereka lalu mereka
pun melarikan diri ke arsy, mengangkat kepala, jari jemari mereka
mengisyaratkan ketundukan dan menangis karena takut akan kemurkaan-Nya. Mereka
mengeilingi arsy sebanyak tiga kali.” Di dalam riwayat : “tujuh kali”
mengaharapkan kridhoan Tuhan mereka dan Allah pun meredhoi mereka. Kemudian
Allah berkata kepada mereka,”Bangunlah oleh kalian di bumi sebuah rumah yang
menjadi tempat kembali setiap orang yang Aku murka terhadapnya dari makhluk-Ku
dan dia mengelilinginya (thawaf) sebagaimana kalian lakukan terhadap arsy-Ku
maka Aku akan mengampuninya sebagaimana Aku telah mengampuni kalian.” Lalu
mereka pun membangun ka’bah.
Terdapat riwayat pula yang
menyebutkan bahwa Allah swt telah mengutus malaikat dan berkata kepada
mereka,”Bangunlah oleh kalian sebuah rumah seperti al baitul ma’mur lalu mereka
pun melakukannya. Allah swt memerintahkan agar rumah itu dikelilingi (thawaf)
sebagaimana al baitul ma’mur. Ini terjadi sebelum penciptaan Adam as serta 2000
tahun sebelum penciptaan bumi. Dan sesungguhnya bumi dibentangkan dibawahnya
karena itulah Mekah disebut dengan Ummul Quro yaitu asal negeri (bumi, pen).
Terdapat pula riwayat yang
menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi sebelum diturunkannya Adam as ke bumi…
(Tarikh Makkah al Musyarrafah hal 4)
2. Wasiat Nabi Adam kepada anaknya
Nabi Sys
Sys adalah penerus dari Nabi Adam as
yang diberikan wasiat oleh ayahnya untuk senantiasa beribadah siang dan malam.
Ibnul Atsir menyebutkan bahwa Sys senantiasa melakukan haji dan umroh hingga
ajal menjemputnya dan dia juga mengumpulkan lembaran-lembaran yang diturunkan
kepadanya dan kepada ayahnya lalu mengamalkan isinya. Sys telah membangun
ka’bah dengan batu dan tanah. (Al Kamil Fii at Tarikh juz I hal 17)
3. Pada masa Ibrahim dan Ismail as.
As Suddiy mengatakan bahwa tatkala
Allah swt memerintahkan Ibrahim dan Ismail agar membangun sebuah rumah lalu
mereka berdua tidak mengetahui dimana tempat akan dibangunnya hingga Allah
mengirimkan angin, ada yang menyebutkan angin itu adalah al khajuj yang
memiliki dua sayap sementara kepalanya berbentuk ular. Lalu ular itu
membersihkan daerah sekitar ka’bah sebagai tempat dibangunnya rumah pertama.
Keduanya pu mengikutinya dengan membawa alat penggali dan melakukan penggalian
sehingga mereka berdua berhasil meletakkan pondasinya, sebagaimana firman Allah
swt
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika
kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah.” (QS. Al Hajj : 26)
Setelah mereka berdua meletakkan
dasar-dasarnya maka dibangunlah rukun-rukunnya. Dan Ibrahim mengatakan kepada
Ismail,”Wahai anakku, carikanlah untukku batu hitam dari daerah India,
dahulunya ia adalah batu yakut yang paling putih. Dahulu batu itu dibawa oleh
Adam as tatkala diturunkan ke bumi dari surga namun kemudian berubah warnanya
menjadi hitam karena dosa-dosa manusia. Ismail pun membawa sebuah batu namun ia
mendapatkan batu hitam itu sudah berada disalah satu sudut. Ia pun bertanya
kepada ayahnya,”Wahai ayahku siapa yang mendatangkan batu itu kepadamu?’
Ibarahim menjawab,”Dia adalah yang lebih rajin darimu.” Maka mereka berdua
membangunnya dan sambil berdoa,”
Artinya : “Ya Tuhan kami terimalah
daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqoroh : 127)
4. Dibangun oleh orang-orang Quraisy.
Pada usia Rasulullah saw mencapai
tiga puluh lima tahun, orang-orang Quraisy sepakat untuk merenovasi ka’bah.
Ka’bah adalah susunan batu-batu yang lebih tinggi dari badan manusia, sekitar
sembilan hasta yang dibangun sejak masa Ismail tanpa memiliki atap sehingga
banyak pencuri yang mengambil barang-barang berharga yang disimpan didalamnya.
Lima tahun sebelum tahun kenabian,
Mekah dilanda banjir besar sehingga meluap ke Masjidil Haram dan dikhawatirkan
sewaktu-waktu akan dapat meruntuhkan ka’bah. Orang-orang Quraisy merasa bimbang
antara merenovasi atau membiarkannya seperti apa adanya.
Akhirnya al Walid bin al Mughirah al
Makhzumiy mengawali perobohan bangunan ka’bah lalu diikuti oleh orang-orang
setelah mereka mengetahui tidak terjadi sesuatupun menimpa al Walid. Mereka
terus bekerja merobohkan setiap bangunan ka’bah hingga sampai rukun Ibrahim.
Setelah itu mereka siap membangunnya kembali.
Tatkala pembangunan sampai di bagian
Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa yang berhak mendapat
kehormatan meletakkan Hajar Aswad itu ditempatnya semula. Perselisihan ini
terus berlangsung selama empat atau lima hari, tanpa ada keputusan. Bahkan
perselisihan itu semakin meruncing dan hampir saja menjurus kepada pertumpahan
darah di tanah suci.
Abu Umayyah bin al Mughirah al
Makhzumiy datang dan menawarkan solusi dengan menyerahkan urusan ini kepada
siapa pun yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Mereka menerima cara ini.
Allah menghendaki orang yang berhak atasnya adalah Rasulullah saw. Tatkala
mengetahui hal itu, mereka berbisik-bisik,”Inilah al Amin. Kami ridho
kepadanya, inilah dia Muhammad.”
Orang-orang Qiraisy kehabisan dana
dari penghasilan mereka, maka mereka menyisakan di bagian utara, kira-kira enam
hasta, yang kemudian disebut al Hijr atau al Hathim. Mereka membuat pintunya
lebih tinggi dari permukaan tanah, agar tidak bisa dimasuki kecuali oleh orang
yang memang ingin melewatinya. Setelah bangunan ka’bah mencapai ketinggian lima
belas hasta, mereka memasang atap dengan disangga enam sendi.
Setelah jadi, ka’bah itu berbentuk
segi empat, yang keinggiannya kira-kira mencapai lima belas hasta, panjang
sisinya di tempat Hajar Aswad dan sebaliknya adalah sepuluh meter. Hajar Aswad
itu sendiri diletakkan dengan ketinggian satu setengah meter dari permukaan
pelataran untuk thawaf. Sisi yang ada pintunya dan sebaliknya setinggi dua
belas meter. Adapun pintunya setinggi dua meter dari permukaan tanah, di
sekeliling luar ka’bah ada pagar dari bagian bawah ruas-ruas bangunan, di
bagian tengahnya dengan ketinggian seperempat meter dan lebarnya kira-kira
sepertiga meter. Pagar ini dinamakan Asy Syadzarawan. Namun kemudian
orang-orang Quraisy meninggalkannya. (ar Rakhiqul Makhtum hal 84 – 85)
5. Pada masa Abdullah bin Zubeir.
Abdullah bin Zubeir memutuskan perenovasian
ka’bah seperti yang diinginkan Rasulullah saw ketika beliau masih hidup. Dia
pun merobohkannya dan membangun kembali serta menambahkan bagian yang masih
kurang ketika orang-orang Quraisy kehabisan dana dari enam hasta menjadi
sepuluh hasta. Dia juga menjadikan ka’bah memiliki dua pintu, satu di sebelah
timur dan lainnya di sebelah barat sehigga orang yang memasukinya dari satu
pintu dan keluar di pintu yang lainnya. Dia menjadikannya dalam bentuk yang
paling baik dan megah sehingga seperti yang disifatkan Nabi saw sebagaimana
diberitakan oleh Aisyah ra ibu orang-orang beriman yang juga bibinya.
6. Pada masa Abdul Malik bin Marwan
Pada masa Abdul Malik bin Marwan ini
al Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqofiy menulis surat kepadanya atas apa yang
diperbuat Abdullah bin Zubeir dengan ka’bah, tentang perenovasian dan
penambahan bagian ka’bah, dia mengira bahwa hal itu adalah hasil fikiran dan
ijtihadnya.
Lalu Abdullah bin Malik membalas
suratnya agar mengembalikan ka’bah seperti sedia kala. Al Hajjaj pun merobohkan
bagian utaranya dan mengeluarkan al Hijr sebagaimana yang telah dibangun
orang-orang Quraisy serta menjadikan ka’bah memiliki satu pintu saja yang lebih
ditinggikan serta menutup pintu yang lainnya.
Tatkala Abdul Malik bin Marwan mendapatkan hadits Aisyah maka ia pun menyesali
perbuatannya sehingga mengatakan,”Kami sangat berkeinginan mengembalikan
seperti orang yang membangun sebelumnya.” Maksudnya Abdullah bin Zubeir. Lalu
ia pun bermusyawarah dengan Imam Malik dalam permasalahan ini dan beliau pun mencegahnya
agar kemuliaan ka’bah tidak lenyap. Dan dikahwatatirkan setiap raja akan
melakukan perobohan sebagaimana yang dilakukan orang-orang sebelumnya sehingga
dapat menodai kehormatan ka’bah.
7. Pada masa Kekhilafahan Utsmani
tahun 1040 H.
Tatkala Mekah dilanda banjir besar
yang menenggalamkan Masjidil Haram maka Muhammad Ali Pasya—Gubernur Mesir saat
itu—memerintahkan para arsiteknya yang ahli dan para pekerjanya agar merobohkan
ka’bah dan merenovasi kembali. Pembangunan itu memakan waktu setengah tahun penuh
dan memakan biaya yang sangat mahal hingga rampung pembangunannya.
(www.islamweb.net)
Demikianlah awal mula pembangunan
ka’bah hingga hari ini yang tetap kokoh dan menggetarkan setiap orang yang
melihatnya dan mengembalikan kebesarannya kepada Allah swt Yang Maha Agung lagi
Maha Mulia.
Dan apa yang anda tanyakan tentang
adanya seekor ular di tempat awal mulanya akan dibangun ka’bah maka telah
disinggug di atas yaitu terjadi pada masa Ibrahim dan Ismail as, sebagaimana
yang dikatakan Imam As Suddiy.
Wallahu A’lam
Ustadz Sigit Pranowo Lc
Bila ingin memiliki karya
beliau dari kumpulan jawaban jawaban dari Ustadz Sigit Pranowo LC di
Rubrik Ustadz Menjawab , silahkan kunjungi link ini :
Tanya jawab
Pada suatu malam, seorang buta
berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan
sebuah lentera pelita.
Melihat hal itu, orang buta
tersebut terbahak dan berkata, "Buat apa saya bawa pelita ? Kan sama saja
buat saya ! Saya bisa pulang kok."
Dengan lembut sahabatnya
menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak
menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut.
Tak berapa lama dalam perjalanan,
seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu
kan punya mata ! Beri jalan buat orang buta dong !" Tanpa berbalas sapa,
mereka pun saling berlalu.
-----***-----
Kemudian orang buta tersebut
melanjutkan perjalanan. Tak berapa lama, seorang pejalan lainnya menabrak si
buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta ? Tidak bisa lihat
ya ? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat !"
Pejalan itu menukas, "Kamu
yang buta ! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam !"
Si buta tertegun. Menyadari
situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta',
saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta."
Si buta tersipu menjawab,
"Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan
tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta.
Mereka pun melanjutkan perjalanannya masing-masing.
-----***-----
Dalam perjalanan selanjutnya, ada
lagi pejalan yang menabrak orang buta tersebut. Kali ini, si buta lebih
berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam
?"
Penabraknya menjawab, "Lho,
saya justru mau menanyakan hal yang sama."
Senyap sejenak. Secara
berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta ?"
Secara serempak pun mereka
menjawab, "Iya.," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya
saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis
bertabrakan.
-----***-----
Ketika mereka sedang mencari
pelita mereka, lewatlah seseorang. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia
menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu,
tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak
orang ini, "Sepertinya saya perlu membawa pelita, jadi saya bisa melihat
jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."
Refleksi Hikmah :
Pelita melambangkan terang
kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup.
Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari
berbagai aral rintangan (tabrakan !).
Si buta pertama, mewakili mereka
yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan.
Selalu menunjuk ke arah orang lain, TIDAK SADAR bahwa LEBIH BANYAK JARINYA yang
menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia
belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia
menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas
kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama, mewakili
orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang,
mereka memilih untuk "membuta" walaupun sebenarnya mereka bisa
melihat.
Penabrak kedua, mewakili mereka
yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan
kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita.
Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan
saling membantu.
Orang buta kedua, mewakili mereka
yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau
kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta
lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek,
semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat,
mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam
diri kita masing-masing ? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan
nyaris padam ? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Salinan : https://www.facebook.com/KumpulanKisahIslamiPenuhHikmah/posts/939796642739505:0
Kisah Inspiratif
Subscribe to:
Posts (Atom)